Generalisasi
yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur
pengujian yang benar.
Prosedur
pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
Jumlah
sampel yang diteliti terwakili.
Sampel
harus bervariasi.
Mempertimbangkan
hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
2.
Analogi
Analogi
yaitu proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya
kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang
diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa
pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.
Tujuan
Analogi
•
Meramalkan
kesamaan
•
Menyingkap
kekeliruan
•
Menyusun
sebuah klasifikasi
Contoh
:
Kita
banyak tertarik dengan planet Mars, karena banyak persamaannya dengan bumi
kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai
atsmosfir seperti Bumi. Temperaturnya hampir sama dengan Bumi. Unsur air dan
oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya
musim seperti di Bumi. Jika di Bumi ada makhluk. Tidaklah mungkin ada mahluk
hidup di planet Mars.
Berbicara
mengenai analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan. Dua hal yang
berlainan tersebut dibandingkan. Jika dalam perbandingan itu hanya diperhatikan
persamaannya saja tanpa melihat perbedaannya, maka timbullah analogi, yakni
persamaan di antara dua hal yang berbeda.
Analogi
merupakan salah satu teknik dalam proses penalaran induktif. Sehingga analogi
kadang-kadang disebut juga sebagai analogi induktif, yaitu proses penalaran
dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa
apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena
yang lain. Persamaan hanya terdapat pada anggapan
orang saja. Ini dalam kesusastraan disebut sebagai metafora. Oleh karena orang
yakin bahwa sebetulnya memang hanya anggapan saja, kerap kali dipakai kata
seakan-akan atau seolah-olah. Yang demikian ini bukanlah analogi sebenarnya,
hanya seolah-seolah. Bisa dikatakan analogi jika pengertian itu menunjuk
perbandingan dalam realitas.
Analogi,
pertama kali dipakai oleh para sahabat ketika mereka berselisih pendapat dalam
pemilihan Abu bakar sebagai Khalifah. Dalam hukum
Islam, analogi disebut sebagai Qiyas. Para sahabat menyetujui penggunaan
analogi. Demikian juga para Fuqaha. Masalah analogi telah menyebabkan banyak
sekali pertentangan. Pengaturan mengenai penggunaan analogi dalam pembuatan
pertimbangan hukum merupakan salah satu sebab yang menimbulkan perbedaan
pendapat yang tajam antar sesama Fuqaha.
Macam-Macam
Analogi
A,
analogi induktif
Analogi
induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua
fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama
terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif
merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu
kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti
terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan. Misalnya,
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka
tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
B.
Analogi Deklaratif
Analogi
deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang
belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru
menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang
sudah kita ketahui atau kita percayai. Misalnya,
untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala
negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan
yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
Cara Menilai Analogi
Untuk
menguji apakah analogi yang dihasilkan cukup kuat untuk dipercaya, dapat kita
gunakan analisa berikut:
a. Sedikit
banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan.
Semakin
banyak peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar taraf kepercayaannya.
Misalnya, suatu ketika saya mengambil mata kuliah Logika dengan dosen bapak
Faizin dan ternyata beliau murah hati dalam memberikan nilai kepada
mahasiswanya, maka atas dasar analogi, saya bisa menyarankan kepada teman saya,
si B, untuk memilih bapak Faizin sebagai dosen mata kuliah logikanya. Analogi
saya menjadi lebih kuat setelah B juga mendapat nilai yang memuaskan dari bapak
Faizin. Analogi menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C, D, E, dan F juga
mengalami hal serupa.
b. Semakin
banyak aspek yang menjadi dasar analogi, semakin besar taraf kepercayaannya.
Misalnya, tentang flashdisk yang baru saja saya beli di sebuah toko A. Bahwa
flashdisk yang baru saya beli tentu akan awet dan tidak mudah terserang virus
karena flashdisk yang dulu dibeli di toko A juga demikian. Analogi menjadi
lebih kuat lagi misalnya diperhitungkan juga harganya, mereknya, dan
kapasitasnya.
c. Sifat dari analogi yang kita buat.
Semakin
rendah taksiran yang dianalogikan, semakin kuat analogi itu. Misalnya, Ahmad
yang duduk di kelas unggulan di SLTP Harapan Bangsa dapat menyelesaikan 50 soal
matematika dalam waktu 60 menit. Kemudian kita menyimpulkan bahwa Olivia, teman
satu kelas Ahmad juga akan bisa menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 60
menit, analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat jika kita
mengatakan bahwa Olivia akan menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 50
menit, dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa Olivia akan menyelesaikan
50 soal matematika dalam waktu 75 menit.
d.
Semakin banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda, semakin kuat
analogi itu. Misalnya, kita menyimpulkan bahwa Fahri adalah mahasiswa yang
pandai karena dia berhasil menjadi delegasi untuk dikirim ke Mesir. Analogi ini
menjadi lebih kuat jika dipertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para
delegasi sebelumnya, A, B, C, D dan E yang mempunyai latar belakang yang
berbeda dalam ekonomi, pendidikan SLTA, keluarga, daerah, pekerjaan orang tua,
toh kesemuanya adalah mahasiswa yang pandai.
e.
Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan.
Bila
masalah yang dianalogikan itu relevan, maka semakin kuat analogi itu. Bila
tidak, analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal. Analogi yang relevan
biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan kausal. Misalnya, kita
tahu bahwa sambungan rel kereta api dibuat tidak rapat untuk menjaga
kemungkinan mengembangnya. Bila kena panas, rel tetap pada posisinya. Maka
ketika hendak membangun rumah, kita menyuruh tukang untuk memberikan jarak pada
tiap sambungan besi pada rangka rumah. Disini kita hanya mendasarkan pada suatu
hubungan kausal bahwa karena besi memuai bila kena panas, maka jarak yang
dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan bangunan dari bahaya
melengkung.
Kesesatan
Analogi
Disamping
faktor-faktor tersebut di atas, yang bisa disebut faktor-faktor obyektif, juga
ada faktor-faktor subyektif, yang mempengaruhi tinggi rendahnya probabilitas
analogi. Faktor subyektif itu terletak pada diri manusia yang berpikir dan
berupa kondisi-kondisi tertentu, yang bersifat pribadi dan tidak disadari.
Kesalahan
dalam membuat analogi bisa terjadi karena beberapa hal. Pertama,
tergesa-gesa, yaitu terlalu cepat menarik konklusi, sedang fakta-fakta yang
dijadikan dasarnya tidak cukup mendukung konklusi itu. Kedua,
kecerobohan, kesimpulan yang ceroboh terjadi karena mengabaikan adanya
faktor-faktor analogi yang penting. Ketiga, prasangka, prasangka
membuat orang tidak mengindahkan fakta-fakta yang tidak cocok dengan konklusi. Keempat,
memaksa, menjadikan ide agar terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan
ide lain yang sesungguhnya tidak mempunyai hubungan dengan ide yang pertama
tadi.
Analogi
yang pincang karena hal-hal tersebut di atas amat banyak digunakan dalam
perdebatan maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat lawan maupun
mempertahankan kepentingan sendiri. Karena sifatnya seperti benar, analogi ini
sangat efektif pengaruhnya terhadap pendengar.
Analisis
Kritis
Secara
umum, analogi merupakan proses penalaran dengan cara mencari persamaan di
antara dua hal yang berbeda. Analogi banyak dimanfaatkan sebagai penjelasan
atau sebagai dasar penalaran. Sebagai penjelasan biasanya disebut perumpamaan
atau persamaan. Secara tidak sadar, sebenarnya kita sangat sering menggunakan
analogi. Tidak sedikit orang yang menggunakan analogi dalam memberikan penjelasan,
karena dengan analogi maksud dan tujuan lebih mudah untuk diterima. Begitu juga
dalam pembelajaran. Seringkali pendidik menggunakan analogi dalam menyampaikan
pelajaran kepada peserta didik.
Sebelum
saya menyusun makalah ini, saya kurang menyadari akan penggunaan analogi yang
kerap kali digunakan. Kemudian ketika saya menyusun makalah berjudul Analogi
ini, saya menjadi lebih tahu mengenai analogi dan macam-macamnya. Semenjak
itulah saya mencoba memperhatikan dosen-dosen saya dengan seksama ketika mereka
berbicara, menjelaskan materi kuliah, ternyata tidak sedikit dosen yang
menggunakan analogi.
Setelah
jauh memahami analogi ternyata tidak semua analogi itu bisa diterima atau
dipercaya begitu saja. Oleh karena analogi ini banyak dimanfaatkan dalam sebuah
penjelasan dan sangat efektif pengaruhnya terhadap pendengar, maka perlu
diketahui mana analogi yang sesuai aturan dan mana analogi yang timpang.
Analogi yang timpang, dalam beberapa buku disebut sebagai analogi palsu atau
kesesatan analogi atau analogi yang pincang. Kekeliruan dalam analogi
disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor subyektif maupun faktor obyektif.
Faktor subyektif itu terletak pada diri manusia yang berpikir dan berupa
kondisi-kondisi tertentu, yang bersifat pribadi dan tidak disadari. Misalnya
karena tergesa-gesa, kecerobohan, prasangka, atau terlalu memaksakan dalam
membuat analogi. Sedangkan faktor obyektifnya ada beberapa macam. Faktor
obyektif ini dapat digunakan sebagai alat ukur probabilitas suatu analogi.Pertama,
Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan. Kedua,
Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. Ketiga,
Sifat dari analogi yang kita buat. Keempat, Mempertimbangkan ada
tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan. Kelima,
Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan.
Dengan
memperhatikan faktor-faktor tersebut maka bisa diketahui apakah analogi yang
dihasilkan cukup kuat untuk dipercaya atau malah sebaliknya, analogi yang
dihasilkan adalah analogi yang pincang.
Akhirnya,
perlu diketahui bahwasanya pengetahuan mengenai analogi penting untuk dikaji
dalam rangka menghindari kekeliruan dalam membuat analogi. Karena analogi yang
salah bisa menyebabkan pemahaman yang salah terhadap fenomena yang
dianalagikan. Analogi yang pincang amat banyak digunakan dalam perdebatan
maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat lawan maupun mempertahankan
kepentingan sendiri. Karena sifatnya seperti benar, analogi ini sangat efektif
pengaruhnya terhadap pendengar.
3. Kausal
Kausal
adalah paragraph yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi
sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Serta bahwa setiap
kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan
eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya ,
merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Contoh
:
Pada
kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Tujuan
Kausal
Tujuan
kausal terdapat dalam Hubungan Kausal Dapat berlangsung dalam tiga pola :
a. Sebab ke akibat
Dari
peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju kesimpulan sebagai efek.
b.
Akibat ke sebab
Dari
peristiwa yang dianggap sebagai akibat menuju sebab yang mungkin telah
menimbulkan akibat.
c.
Akibat ke akibat
Dari
akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan kedua
akibat.
Contoh
:
Pada
sabtu sore terjadi badai salju, akibatnya jalanan ditutup karena dipenuhi oleh
salju.
Hubungan Kausal
Hubungan
sebab akibat / hubungan kausal ialah hubungan keterkaitan atau ketergantungan
dari dua realitas, konsep, gagaasan, ide, atau permsalahan. Suatu kegiatan
tidak dapat mengalami suatu akibat tanpa disertai sebab, atau sebaliknya suatu
kegiatan tidak dapat menunjukkan suatu sebab bila belum mengalami akibat.
Contoh
hubungan kausal :
Kuberikan
sedikit uang disakuku untuk membeli obat, ia menatap wajahku.. Menitikkan air
mata lagi.. Ia menangis karena senang mendapatkan uang untuk membeli obat dan
makanan untuk adik dan ibunya dirumah.
Beberapa
hari kemudian, aku bertemu dengan anak itu bersama ibunya di pasar. Mereka
menghampiriku,, memberiku sedikit makanan kecil sebagai ungkapan terima kasih
padaku karena telah membantu anak itu beberapa hari yang lalu.
Pengertian
lain :
Hubungan
kausal (kausalitas) merupakan perinsip sebab-akibat yang dharuridan pasti
antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan
keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai
hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan
tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan
bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi
keraguan apapun.
Sumber :