Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Metode Dalam Menalar
a. Metode induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Contoh:
a. Jika dipanaskan, besi memuai.
b. Jika dipanaskan, tembaga memuai.
c. Jika dipanaskan, emas memuai.
d. Jika dipanaskan, platina memuai.
e. ∴ Jika dipanaskan, logam memuai.
f. Jika ada udara, manusia akan hidup.
g. Jika ada udara, hewan akan hidup.
h. Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
i. ∴ Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
b. Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Konsep Dan Simbol Penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Syarat-Syarat Kebenaran Dalam Penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
· Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
· Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
PENGERTIAN DEDUKTIF DAN ISTILAH
Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif yaitu adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan.
Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Deduktif:
Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen dan 3 macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis dan silogisme alternatif sebagai berikut :
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : remis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Contoh:
Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Saya adalah mahasiswa
K : Saya lulusan SLTA
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada makanan, manusia akan kelaparan.
Mn : Makanan tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan Kelaparan.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
My : Kakak saya berada di Bandung atau Jakarta.
Mn : Kakak saya berada di Bandung.
K : Jadi, Kakak saya tidak berada di Jakarta.
Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
– Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
– Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
ISTILAH-ISTILAH:
1. PROPOSISI adalah “pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau salah, dan tidak boleh kedua-duanya”.
Maksud kedua-duanya ini adalah dalam suatu kalimat proposisi standar tidak boleh mengandung 2 pernyataan benar dan salah sekaligus.
Rumus ketentuannya :
Q + S + K + P
Keterangan :
Q : Pembilang / Jumlah
(ex: sebuah, sesuatu, beberapa, semua, sebagian, salah satu, bilangan satu s.d. tak terhingga)
Q boleh tidak ditulis, jika S (subjek) merupakan nama dan subjek yang pembilangnya sudah jelas berapa jumlahnya :
a. Nama (Pram, Endah, Ken, Missell, dll)
b. Singkatan (PBB, IMF, NATO, RCTI, ITC, NASA, dll)
c. Institusi (DPRD, Presiden RI, Menteri Keuangan RI, Trans TV, Bank Mega, Alfamart, Sampurna, Garuda Airways, dll)
S : Subjek adalah sebuah kata atau rangkaian beberapa kata untuk diterangkan atau kalimat yang dapat berdiri sendiri (tidak menggantung).
K : Kopula, ada 5 macam : Adalah, ialah, yaitu, itu, merupakan.
P : Kata benda (tidak boleh kata sifat, kata keterangan, kata kerja).
Contoh :
Gedung MPR terletak 500 meter dari jembatan Semanggi.
Jawaban :
Cari P (kata bendanya dulu) : Gedung MPR atau Jembatan Semanggi,
Pasang K (kopula) yang cocok : adalah
Bentuk S (subjek) yang relevan : (lihat contoh)
Cari bentuk Q – nya yang sesuai.
Benar :
Sebuah + gedung yang terletak 500 meter dari jembatan Semanggi + adalah + gedung MPR.
Salah
500 meter + dari jembatan Semanggi + adalah + gedung MPR.
2. EVIDENSI adalah semua fakta yang ada,semua kesaksian,semua informasi atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran , fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh di cmpur-campurkn dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan, dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi . Yang dimaksud data atau informasi adalah bahan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.
3. PENARIKAN KONKLUSI atau inferensi ialah proses mendapatkan suatu proposisi yang ditarik dari satu atau lebih proposisi, sedangkan proposisi yang diperoleh harus dibenarkan oleh proposisi (proposisi) tempat menariknya. Proposisi yang diperoleh itu disebut konklusi.
Penarikan konklusi ini dilakukan denga dua cara yaitu induktif dan deduktif. Pada induktif, konklusi harus lebih umum dari premis (premisnya), sedangkan pada deduktif, konklusi tidak mungkin lebih umum sifatnya dari premis (premisnya). Atau dengan pengertian yang popular, penarikan konklusi yang induktif merupakan hasil berfikir dari soal-soal yang khusus membawanya kepada kesimpulan-kesimpulan yang umum. Sebaliknya, penarikan konklusi yang deduktif yaitu hasil proses berfikir dari soal-soal yang umum kepada kesimpulan-kesimpulan yang khusus.
Penarikan suatu konklusi deduktif dapat dilakukan denga dua cara yaitu secara langsungdan tidak langsung. Penarikan konklusi secara langsung dilakukan jika premisnya hanya satu buah. Konklusi langsung ini sifatnya menerangkan arti proposisi itu. Karena sifatnya deduktif, konklusi yang dihasilkannya tidak dapat lebih umum sifatnya dari premisnya. Penarikan konklusi secara tidak langsung terjadi jika proposisi atau premisnya lebih dari satu. Jika konklusi itu ditarik dari dua proposisi yang diletakan sekaligus, maka bentuknya disebutsilogisme (silogisme ini akan dibahas pada bab khusus).
Contoh - Contoh Paragraf Deduktif – Induktif
Paragraf deduktif - induktif adalah paragraf yang dimulai dari pernyataan yang bersifat umum disusul dengan pernyataan yang bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Letak kalimat utama paragraf ini ada di awal dan akhir paragraf. Pola paragraf ini adalah umum - khusus - umum. Kalimat utama yang ada di akhir paragraf bersifat penegasan kembali dengan susunan yang agak berbeda.
Berikut ini adalah contoh-contoh paragraf deduktif - induktif :
# Contoh 1
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingginya kolesterol merupakan faktor resiko yang paling besar seseorang untuk menderita penyakit jantung kororner. Sebenarnya banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kolesterol, tetapi yang dianggap paling besar perannya dalam masalah tersebut adalah tingginya konsumsi lemak serta kandungan konsumsi asam lemaknya. Dalam hal ini, minyak goreng merupakan sumber utama lemak yang tidak baik. Dengan demikian, kolesterol merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.
# Contoh 2
Siswa kelas VI belajar untuk menghadapi ujian dua bulan yang akan datang. Mereka sangat berkonsentrasi pada pelajaran yang diberikan oleh Ibu guru. Tampak situasi kelas lebih tenang. Keteangan kelas mereka bukan berarti sunyi dan sepi, tetapi suasana kelas mereka hidup, yaitu timbulnya tanya jawab tentang pelajaran yang sedang dibahas. Suasana yang hidup ini benar-benar membangkitkan semangat guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Juga suasana yang hidup itu menimbulkan kesungguhan para siswa dalam belajar. Suasana giat belajar itu dilakukan dan diciptakan siswa kelas VI dalam menghadapi ujian yang sudah diambang pintu
# Contoh 3
Chairil Anwar terkenal sebagai penyair. Ia disebut penyair yang membawa pembaharuan dalam puisi. Ada yang mengatakan dia sebagai seorang individualis. Ada yang menilai bahwa ia seorang yang kurang bermoral dan plagiat karena ada sebagian kecil dalam gubahannya merupakan jiplakan dari puisi asing. Dalam sajak-sajaknya yang dikumpulkan dalam "Deru Campur Debu" memperlihatkan adanya perbedaan bentuk, corak, gaya, dan isi. Tanggapan orang terhadap Chairil berbeda-beda. Namun, bagaimanapun ia tetap seorang penyair besar yang membawa kesegaran baru dalam bidang puisi pada 1945
# Contoh 4
Di dalam memutuskan suatu kebijakan, presiden sebagai kepala negara dan sebagai kepala pemerintahan sangat membutuhkan pertimbangan dan nasehat dari seseorang atau sekelompok orang. Tujuannya ialah agar kebijakan yang diputuskannya sesuai dengan prinsip hukum, demokrasi, pemerintahan yang baik untuk mencapai tujuan negara. Para pendiri bangsa ini menyadari akan kebutuhan presiden mengenai hal itu. Oleh karena itu, Undang - Undang Dasar kitamengamanatkan untuk emmbentuk suatu dewan yang bertugas untuk itu. Yang penting adalah kebutuhan presiden akan pertimbangan dan nasehat dari pihak lain dapat terpenuhi sehingga ia tidak menyalahi peraturan yang ada.
# Contoh 5
Peningkatan taraf pendidikan para petani sama pentingnya dengan usaha peningkatan taraf hidup. Petani berpendidikan cukup dapat mengubah sistem pertanian tradisional, misalnya bercocok tanam hanya memenuhi kebutuhan pangan, menjadi petani yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup, mampu memberikan umpan balik yang setimpal terhadap gagasan-gagasan yang dilontarkan perencana pembangunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. itulah sebabnya peningkatan taraf pendidikan para petani dirasakan sangat mendesak.
Pemecahan Masalah
Logika dan penalaran selalu terkait dengan istilah problem solving dan critical thinking. Saat kita berhadapan dengan masalah, teka-teki, atau dilema, kita akan mencoba untuk mencari solusi yang beralasan. Langkah pertama dalam dalam memecahkan permasalahan (solving problem) adalah untuk memberikan definisi masalah secara jelas. Langkah ini seperti tidak melakukan apa-apa, namun, ini menjadi awal bagi tindakan yang terarah tepat menuju penyelesaian permasalahan. Selalu tanyakan tentang, "apa yang sebenarnya harus dilakukan?" Sebelum kita dapat menyelesaikan masalah, tentu kita harus memahami pertanyaan ini. Begitu permasalahan telah didefinisikan, semua informasi yang relevan terhadapnya harus dikumpulkan, diorganisasikan, dan di analisis. Dalam analisis ini kita membandingkan pula dengan penyelesaian yang sebelumnya diketahui. Apakah sama? Bagaimana bisa berbeda? Apakah solusi sebelumnya dapat diaplikasikan? Jika sesuai, buatlah skema permasalahan; representasi visual sering memberikan wawasan interpretasi petunjuk.
Sebelum menggunakan rumus atau sebuah metode, tentukan bahwa metode tersebut relevan terhadap situasi yang ada. Sebuah kesalahan umum bahwa kita sering menggunakan solusi pada tempat yang tidak tepat. Bila sebuah metode pernah digunakan dengan keberhasilan, gunakan kembali, bila tidak, cari penyelesaian standar yang memungkinkan dikembangkannya metode lain yang lebih kreatif. Jangan pernah mengkhawatirkan untuk mencoba sesuatu yang baru. "Bagaimana jika kita mencoba ini..?" mungkin memberikan inspirasi solusi yang unik.
Deduktif Reasoning
Saat permasalahan telah didefinisikan dan di analisis. Kita mungkin dapat memberikan kategori tertentu pada permasalahan tersebut, hal ini mungkin memberikan pengetahuan tentang solusi umum yang bisa digunakan. Singkatnya, ketika ditanyakan solusi untuk persamaan
, kita mengetahui bahwa ini adalah persamaan berorde dua (sering disebut persamaan kuadrat). Kita bisa mengubahnya dalam bentuk standardan menggunakan Rumus abc untuk menyelesaikannya.
Logika deduktif dan struktur formal logika telah dipelajari selama bertahun-tahun, ribuan tahun. Salah satu Ilmuwan Logika kuno, dan yang paling terkenal, adalah Aristoteles (384 - 322 S.M). Dia adalah murid dari filsuf terkenal Plato dan merupakan guru dari Alexander agung, penjelajah daratan dari Yunani sampai India. Filosofi Aristoteles sangat berpengaruh, pengaruhnya mencapai Gereja Katolik yang dibawa oleh St. Thomas Aquinas, bahkan mempengaruhi filosofi modern. Selama berabad--abad, Logika yang dikembangkan Aristoteles menjadi bagian dari studi pengacara dan politik dan digunakan untuk membedakan argumen yang valid dan yang tidak.
Untuk Aristoteles, logika merupakan alat yang diperlukan dalam semua penyelidikan/penelitian, dan silogisme merupakan hasil dari semua buah pemikiran. Silogisme adalah sebuah argumen yang dibentuk oleh dua pernyataan yang disebut premis (premis mayor dan premis minor), yang diikuti dengan sebuah kesimpulan atau konklusi. Untuk semua premis yang diberikan, jika kesimpulan dalam argumen terjamin (dalam pengertian tidak ditemukan suatu sanggahan dengan cara bagaimanapun), argumen tersebut valid. Jika kesimpulan tidak terjamin (dalam pengertian minimal terdapat satu sanggahan yang tidak membenarkan kesimpulan), argumen tersebut tidak valid.
Salah satu silogisme populer Aristoteles adalah sebagai berikut:
1. Semua pria meninggal
2. Socrates adalah seorang pria
----------------------------------------------
Maka, Socrates meninggal
Mayor premis yang diaplikasikan pada minor premis menyebabkan kesimpulan yang tak terbantahkan, maka argumen tersebut valid. Catat bahwa logika deduktif yang digunakan dalam contoh 1 memiliki struktur yang sama dengan silogisme Aristoteles tentang Socrates.
1. Semua persamaan orde dua dalam satu variabel dapat diselesaikan dengan rumus abc.
2. X^2=2x+1 adalah persamaan orde dua dalam satu variabel.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Maka, X^2=2x+1 dapat diselesaikan menggunakan rumus abc.
Semua silogisme tersebut dapat dituliskan secara umum dalam:
1. Jika A, maka B
2. X adalah A
-----------------------------
Maka, X adalah B
Logika deduktif ini sangat tepat diaplikasikan menggunakan diagram Venn. Valid dan tidak valid sering disalah artikan dengan benar dan tidak benar. Perhatikan contoh berikut ini.
1. Semua doctor laki-laki
2. Ibuku seorang doctor
--------------------------------------
Maka, Ibuku laki-laki
Argumen diatas merupakan argumen yang valid. Namun, argumen yang valid tidak menunjukan kesimpulan yang benar. Seorang ibu tidak mungkin laki-laki! Validitas dan kebenaran tidak memiliki pengertian yang sama. Argumen dikatakan valid bila konklusi yang dihasilkan tak terbantahkan berdasarkan premis yang diberikan. Di sini tidak dikatakan tentang kebenaran premis yang diberikan. Karena itu, dalam menentukan validitas argumen, kita tidak sedang menentukan apakah kesimpulan yang diambil benar atau tidak. Argumen dikatakan valid bila dari premis yang diberikan, konklusi yang diperoleh logis. Memang benar, bila premis yang diberikan pada argumen yang valid bernilai benar, konklusi yang diperoleh juga bernilai benar.
Perhatikan contoh lain berikut ini.
1. Semua artis adalah aktivis politik
2. Tantowi Yahya adalah aktivis politik
----------------------------------------------------------------
Maka, Tantowi Yahya adalah seorang artis
Sekilas kesimpulan tersebut terlihat valid. Hal ini karena kita semua tahu bahwa Tantowi Yahya adalah seorang artis. Namun, bila kita melakukan analisa, kesimpulan itu tidak diperoleh secara logis. Premis pertama menunjukkan bahwa ada sebagian aktivis politik adalah seorang artis, yang berarti ada sebagian lain yang bukan artis. Premis kedua adalah pernyataan spesifik bahwa Tantowi Yahya adalah seorang aktivis politik. Tantowi Yahya bisa saja seorang artis, tetapi bisa saja bukan (terlepas dari pengetahuan umum) berdasarkan premis. Maka kesimpulan yang diperoleh tidak logis, karena adanya kemungkinan Tantowi Yahya bukan artis menyebabkan argumen ini tidak valid. Namun, argumen yang dikatakan tidak valid tidak berarti mengatakan bahwa kesimpulan yang diambil salah, sebagai bukti, Kita semua tahu bahwa Tantowi Yahya adalah seorang artis. Jadi Pernyataan kesimpulan dalam argumen diatas memang bernilai benar, namun, berdasarkan premis, argumen tersebut bukanlah argumen yang valid.
Contoh-Contoh Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif
Dalam suatu penalaran deduktif, ada ide-ide yang telah dirumuskan dalam kalimat dan diatur dengan ide yang bersifat umum (premis mayor), diletakkan pada bagian awal dan diikuti dengan ide yang bersifat khusus. Penataan ini dapat direalisasikan dengan menampilkan kalimat pada awal, kemudian dilanjutkan dengan kalimat penjelas. Penjelas (ide penunjang) dapat berupa bukti, contoh : ilustrasi, data statistik, perincian dan sebagainya. Bukti dapat diambil dari hasil pegamatan observasi atau hasil penelitian. Dalam penalaran deduktif, kalimat topik yang berisi ide pokok ditempatkan di awal.
Contoh penalaran deduktif :
§ Mendengarkan musik dapat menenangkan jiwa. Dalam penelitian ilmiah telah dibuktikan bahwa mendengarkan musik itu dapat menenagkan pikiran manusia dari berbagai macam masalah yang sedang dihadapinya. Dengan mendengarkan musik manusia dapat mengurangi masalah yang dipikirkan. Beban berat masalah yang dialami menjadi berkurang sehingga seseorang dapat memecahkan masalah dengan akal sehatnya. Berdasarkan penelitian tentang mendengarkan musik dapat disimpulkan bahwa orang yang suka mendengarkan musik pada umumnya lebih tidak ada beban dan selalu senang.
Penarikan simpulan penalaran deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, seperti :
- Secara langsung
Penarikan simpulan secara langsung dapat dilakukan dengan satu premis.
Contoh :
§ Tidak seekorpun burung adalah bebek.
- Secara tidak langsung
Penarikan simpulan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan dua premis. Premis pertama bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus.
Beberapa jenis penalaran deduktif :
- Silogisme kategorial
Suatu silogisme yang terdiri dari tiga proposisi, dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis khusus disebut premis minor. Simpulan terdapat subjek dan predikat.
Contoh :
§ Semua atlet berolahraga
§ Semua pelari adalah atlet
§ Jadi, semua pelari berolahraga
- Silogisme hipotesis
Suatu silogisme yang terdiri dari premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.
Contoh :
§ Jika motor di gas, motor akan berjalan
§ Motor di gas
§ Jadi, motor berjalan
- Silogisme alternatif
Suatu silogisme yang terdiri dari premis mayor yang berupa proposisi alternatif. Jika premis minornya membenarkan salah satu alternatif, maka simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
§ Dia adalah seorang pembalap atau pencuri
§ Dia seorang pembalap
§ Jadi, dia bukan seorang pencuri
- Entimen
Suatu silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum, yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
§ Semua penyanyi adalah orang terkenal
§ Ariel adalah seorang penyanyi
§ Jadi, Ariel adalah orang terkenal
- Penalaran Deduktif
SUMBER